Yaa Tarim wa ahlaha" adalah tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Bakdar, yang pada pekuburan zanbal itu juga terdapat Ashabul Badr utusan Sayyidina Abubakar Asshiddiq di sana. "110" melambangkan marga Ibn Syeikh Abubakar bin salim (dzuriyyah Rasulullah saw). "1030" melambangkan marga Al Habsyi (dzuriyyah Rasulullah saw).
ياتريم و أهلهاYa Tarim wa Ahlaha.Yaa Tarim, maksudnya bertawassul pada Kota Tarim.Tarim di jadikan tempat tawassul karena keagungannya..Di antaranya Tarim m
Habib Umar bersama putranya, Tarim wa Ahlaha Ada salah satu sayyid di zaman dulu di kota tarim, nama beliau Sayyid Alwi Al Masyhur, beliau seorang pedagang, pada suatu hari, beliau kehilangan harta yang berupa modal dagangan dan semua modal beliau yang bernilai cukup besar yang beliau bungkus dalam kantongan plastik. beliau mencari tapi tidak ketemu, begitu juga keluarga beliau ikut mencarinya juga tapi tetap tidak ketemu, sampai tibalah waktu magrib maka beliau bergegas bersiap siap untuk ke masjid seperti biasanya yang beliau lakukan pada setiap hari dan kemudian berangkat, beliau sangat menjaga dan memakmurkan waktu di antar magrib dan isya, karna waktu pada saat saat itu adalah waktu yang sangat mulia.. subhanallah, salah satu anak beliau menemukan plastik yang di cari cari abahnya dan dengan perasaan gembira anak itu langsung pergi ke mesjid memberi kabar bagus itu ke abahnya dan dia yakin bahwa abahnya pasti akan sangat bahagia atas kabar tersebut.. sesampai nya dia di mesjid, ia melihat abahnya dalam keadaan tadarrus atau berdzikir, dia langsung masuk ke mesjid dan membisikkan ke telinga abahnya bahwa plastik uang sudah d temukan, muka abahnya langsung berubah, bukan gembira tapi marah besar sambil berkata "DI ANTARA MAGRIB DAN ISYA, DI WAKTU YANG MULIA INI ENGKAU MEMBERIKU KABAR TENTANG DUNIA??" kemudian beliau berkata...enyahlah engkau dari hadapanku selama setahun, ini hukuman buatmu... akhi dan ukhti, seperti inilah didikan orang tarim kepada anak anak mereka, mereka selalu menanamkan kepada anak anak mereka bahwa amal ibadah untuk akhirat itu jauh lebih penting dari harta dunia.. bagaimana jikalau mereka melihat anak anak mereka di waktu antara magrib dan isya berada di depan layar tv atau main fb atau sibuk dengan hp?? Wallahu a'lam bishowab Allahumma sholli alaa Sayyidina Muhammad wa alaa aali Sayyidina Muhammad اللّٰهم اعنا على ذكرك وحسن عبادتك *foto Habib Umar bersama putranya, *sumber cerita, dari salah satu murid darul mustafa, tarim
Berikutteks lengkapnya ditulis dalam teks Latin dan Arab. يا تريم يا تريم Ya Tarim Ya Tarîm Duhai kota Tarim شيء لله شيء لله Syai' lillâh.. Syai' lillâh.. بلدة الأولياء Baldatun al-Auliya' Negeri para wali شيء لله شيء لله Syai' lillâh.. Syai' lillâh.. بجاه باعلوي Bijahi Bâ 'Alawî Dengan keberkahan Bani 'Alawi شيء لله شيء لله Syai' lillah..
Arti tulisan darkah. Foto istimewa Siapa sangka jika penyusun dari lambang Darkah ini berasal dari kota Malang, Jawa Timur. Beliau adalah Al-Habib Abu Bakar bin Abdurrahman Al-Haddad. - Lambang Huruf ح’ di tengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan "Darkah ya Ahlal Madinah" sedang di bawahnya tertulis "Ya Tarim Wa Ahlaha", di samping kanannya bertuliskan lafdzul Jalalah yang berbunyi “Yaa Fattah” dan di samping kirinya “Yaa Rozzaq”, sedangkan di atas huruf ح’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ح’ bertuliskan angka 110 seperti keterangan gambar, merupakan hasil karya beliau yang terinspirasi dari beberapa kisah sohibul maulid Simtud Dhurror. Beliau yang lulusan dari Pondok Pesantren Darut Tauhid ini berinisiatif membuat lambang Darkah berawal dari kisah Al-Imam Al-Habib Ali Al-Habsyi Sohibul Maulid, pengarang Simtud Dhurar. Pada awalnya beliau Al-Imam Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi membuat tanda untuk setiap kiriman dengan memakai angka 110, disebabkan karena saat itu beliau, Habib Ali al Habsyi, sering kali mendapatkan kiriman-kiriman dari luar negeri, dan kiriman tersebut seringkali tidak sampai kepada beliau. Kemudian petugas pengirim surat pak posnya meminta untuk membuat tanda, agar setiap ada kiriman barang atau surat tidak hilang kirimannya. Kemudian beliau membuat 'ح’ disertai dengan huruf 110. 110 itu sendiri merupakan jumlah bobot nilai huruf hijaiyyah yang merangkai kata Ali’ dalam kitab Aqidatul Awwam pada halaman terakhir ada rumusannya. Sedangkan gabungan 110 dan 'ح’ itu ada sekitar tahun 1980-an, atas inisiatif dari Habib Ali bin Muhammad Al-Haddad dan Habib Segaf bin Muhammad Ba’agil. Baca Khasiat Hebat Wirid Ratib Al Haddad Adapun penulisan kalimat "Darkah ya Ahlal Madinah" adalah inisiatif dari Habib Abu Bakar sendiri, yang diambil dari qosidah Habib Muhammad bin Idrus, yang banyak berisi tentang tawasul-tawasul dengan Ahlul Madinah Rasulullah SAW beserta keluarganya dan sahabatnya. Termasuk juga kalimat "Yaa Tarim Wa Ahlaha", yang merupakan tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Akdar. Pekuburan Zanbal adalah pekuburan para wali dan sholihin, juga di pekuburan Zanbal terdapat Ashhabul Badr utusan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Ra yang wafat di sana. Penerapan lambang Darkah ini pada awalnya dulu bukan berbentuk bulat dan bertuliskan kalimat tawasul tadi, melainkan hanya berupa lambang 'ح’ huruf 110 dan 1030 saja. Kemudian berkat saran dari paman beliau yang bernama Habib Abdul Qodir bin Husain Al-Haddad, maka lambang tersebut ditambahlah dengan wiridannya dari abahnya Habib Husain, yaitu Yaa Fattah Yaa Rozzaq, dengan niatan supaya dapat fadlilah wiridannya Habib Husain bin Muhammad Al-Haddad. Arti Tulisan Darkah Siapa sangka bahwa logo yang sudah dikenal di seluruh dunia, baik di kalangan habaib maupun muhibbin ini sudah menyebar ke berbagai negara, seperti Yaman, Malaysia, Singapore, Abu Dabi, Kuwait, dll. Setelah berjalan lama, lambang ini sempat nyaris hilang. Dan kini lambang atau ism ini sering dijumpai di berbagai majelis-majelis ta’lim atau maulid. Ada yang menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, dll, atau dalam bentuk stiker, sampai mobil-mobil di kaca belakangnya ditempel stiker lambang ini. Lambang yang sebenarnya adalah merupakan suatu Ajimat Ruqyat bukan logo suatu organisasi tertentu, yang apabila dikaji di kitab-kitab, maka lambang ini tidak akan diketemukan di kitab manapun, karena lambang ini ada karena Habib Abu bakar bin Abdurrahman al-Haddad menyusunya digunakan untuk tafa’ul-an mengharap berkah. Adapun hitungan 1030 itu berasal dari hitungan kalimat “Amanatullah wa Rosuluh wal Abdullah al Haddad” yang ditujukan kepada Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, dimana hitungan ism tersebut merupakan inisiatif dari para ulama’ kota Tarim Yaman. Baca Kerancuan Kalangan Anti Tabarruk Sesuai faham Ahlussunnah wal Jama’ah, azimat Ruqyat dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada Kitab Faidhul Qadir Juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubi Juz 10 halaman 316-317 dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk mengambil berkah dari ayat-ayat Al-Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya. [dutaislam/ka]